07 April 2009

Romo Faustin Dibunuh Umat Sendiri

Siang itu, tepatnya 13 Oktober 2008, Romo Faustinus Sega, Pr, ditemukan tewas dalam kondisi yang nyaris tak dikenali wajahnya. Ia ditemukan oleh seorang penggembala sapi di padang Denabiko, batas antara Desa Mengeruda, Kecamatan Soa, Kabupaten Ngada dan Kelurahan Olakile, Kecamatan Boawae, Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT). Saat ditemukan, kondisi tubuhnya telah mengalami pembengkakan sehingga menyulitkan orang untuk mengenalinya. Beruntung-lah di dalam tasnya terdapat kartu identitasnya yang memudahkan orang untuk segera mengetahui jati dirinya.
Tewasnya Romo berusia 34 tahun ini mengejutkan umat Katolik se-Kota Bajawa, ibu kota Kabupaten Ngada, khususnya umat se paroki MBC Bajawa, tempat ia berkarya selama dua tahun terakhir. Bahkan ketika kabar kematiannya memenuhi seluruh daratan Nusa Bunga (Flores) umat menjadi geger oleh karena proses kematiannya yang tidak wajar dan yang tak seharusnya dialami oleh seorang penggembala umat.
Ratap tangis umat Katolik yang mengenalnya dan yang pernah ia layani sebagai penggembala umat menjadi teriakan histeris tatkala mengenang karya pelayanannya yang sungguh mendapat tempat di hati kebanyakan umat Katolik di Keuskupan Agung Ende (KAE). “Aku tak percaya kalau yang meninggal adalah Romo Faustin,” teriakan histeris yang dilontarkan seorang umat Paroki MBC Bajawa di tengah isak tangisnya atas kepergian Romo selamanya yang seakan tak menerima kenyataan kalau proses kematian Romo harus melalui kejadian yang tak biasa terjadi. Baik keluarga besar dari Pastor Pembantu St. Yoseph, Ngada ini maupun umat Katolik di sana berduka dan sangat merasa kehilangan salah seorang figur terbaik dalam hidupnya.
Selasa, tanggal 14 Oktober 2008, imam kelahiran Mauloo, Maumere pada 15 Februari 1974 ini dikebumikan di Pekuburan Seminari Menengah Mataloko. Terkait proses kematiannya yang tidak diketahui persis proses dan penyebabnya, pihak gereja dan keluarganya telah menyerahkan sepenuhnya kepada Kepolisisan Resor (Polres ) Ngada untuk diusut tuntas penyebab kematian Romo Faustin. Sebab, hingga Romo dikebumikan penyebab tewasnya masih belum jelas. Polisi mengatakan kematian Romo terjadi karena serangan jantung. Meski begitu, polisi meminta tim medis Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bajawa untuk melakukan visum et repertum. Juga, mereka masih terus mendalami kematian Romo Faustin dengan memeriksa sejumlah saksi.

Aksi damai
Namun, hampir empat bulan berlalu, tanda-tanda penyebab kematian Romo belum juga terungkap. Sementara rasa penasaran ribuan umat se-Keuskupan Agung Ende, terutama pihak keluarga, makin membara untuk segera mengetahui sebab-musabab kematian sang gembala. Sebab itu, tanggal, 29 Januari 2009, Kota Bajawa dibanjiri ribuan massa menggelar aksi demonstrasi damai menuntut polisi mengusut tuntas kasus kematian Romo. Sebagian besar massa adalah anggota Mudika se-Kevikepan Bajawa, tergabung dari 32 paroki di Kabupaten Ngada dan Kabupaten Nagekeo.
Sementara massa lainnya adalah ratusan imam, para suster, bruder dan frater. Aksi damai diawali dengan ibadat di Gereja Paroki MBC Bajawa, yang dipimpin Vikep Bajawa, Romo Hengky Sareng, Pr. Setelah itu, tepat pukul 11.00 Witeng massa berjalan menuju kantor Bupati Ngada.
Romo Hengky Sareng, Pr, mengatakan untuk memperjuangkan keadilan dan kebenaran guna mengusut tuntas kematian pemimpin umat, gembala, yakni Romo Faustin, kita mesti mendukung aksi untuk kemanusiaan ini. “Ketika Romo Faustin ditemukan tak bernyawa di hutan pada tanggal 13 Oktober 2008 lalu, kita semua berduka. Duka bertambah ketika pihak berwajib sampai sekarang belum mampu memastikan penyebab kematian Romo Faustin. Sementara tim investigasi yang dibentuk Keuskupan Agung Ende menemukan banyak informasi dan serpihan-serpihan awal bagi polisi untuk melakukan penyelidikan. Karena itu, tidak salah kalau kita lakukan aksi damai ini,” kata Romo Hengky Sareng, Pr.
Sementara itu, menurut Kepala Polres Ngada Ajun Komisaris Besar Erdi Swahariyadi, pihaknya kesulitan mengungkap kematian Romo Faustinus, karena pihak gereja maupun keluarga korban semula menolak otopsi. simak penelusuran Reformata lebih lengkap dalam edisinya yang ke 102
03 March 2009


1 komentar:

Silahkan masukan komentar anda !!!