16 Mei 2008

Ikatan Mahasiswa Nagekeo Surabaya

Ikatan Mahasiswa Nagekeo Surabaya (IMNAS) dibentuk pada tanggal 27 April 2007 di Surabaya. IMNAS awalnya muncul dari perkumpulan-perkumpulan mahasiswa-mahasiswi Nagekeo yang menuntut ilmu di Surabaya dan akhirnya muncul ide dari para mahasiswa untuk membentuk suatu organisasi sehingga terbentuklah satu organisasi kedaerahan yang bernama Ikatan Mahasiswa Nagekeo Surabaya. IMNAS didasarkan atas asas kekeluargaan, dengan maksud terciptanya hubungan kekeluargaan yang erat antara anggota IMNAS yang datang dari berbagai kampus dan jurusan yang berbeda. IMNAS sudah mengalami dua kali pergantian kepanitian, yang pertama di bawah kepemimpinan saudara Bartholomeus Kesa Soares yang biasa di panggil Bertho dengan wakilnya saudara Fanto, dan yang kedua dibawah kepemimpinan saudara Yulianus Rasa yang biasa dipanggil Yolis  dengan wakilnya saudara Leri. Walaupun belum lama terbentuk tetapi IMNAS sudah membuat beberapa program kegiatan sosial dengan tujuan untuk lebih meningkatkan semangat muda-mudi Nagekeo tercinta.

Tentang Nagekeo


Kabupaten Nagekeo adalah kabupaten di provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia berdasarkan UU no. 2 tahun 2007. Peresmiannya dilakukan tanggal 22 Mei 2007 oleh Penjabat Mendagri Widodo A.S.. Elias Djo ditunjuk sebagai penjabat bupati.[1]

Pusat pemerintaha Kabupaten Nagekeo berlokasi di Mbay. Luas wilayah 1.386 km persegi dan berpenduduk 110.147 jiwa. Wilayah ini merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Ngada. Kabupaten Nagekeo sendiri untuk saat ini secara administrasi terdiri dari 7 kecamatan:
1.Mbay
2.Aesesa
3.Boawae
4.Mauponggo
5.Nangaroro
6.Keo Tengah
7.Wolowae,

dengan 90 desa atau kelurahan.

DPR telah menyetujui Rancangan Undang-Undangnya pada 8 Desember 2006. Kabupaten Nagekeo adalah 1 dari 16 Kabupaten/Kota baru yang dimekarkan pada 2006. Ke-16 Kabupaten/Kota baru tersebut adalah Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Gorontalo Utara, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, Kabupaten Minahasa Tenggara, Kota Subulussalam, Kabupaten Pidie Jaya, Kabupaten Kayong Utara, Kabupaten Sumba Barat Daya, Kabupaten Konawe Utara, Kabupaten Buton Utara, Kabupaten Kepulauan Sitaro, Kabupaten Empat Lawang, Kabupaten Batubara, Kabupaten Nagekeo, Kabupaten Sumba Tengah dan Kota Kotamobagu.
DPR RI sahkan tiga kabupaten baru di NTT.

WILAYAH KABUPATEN NAGEKEO

Ibu Kota : Mbay

Luas wilayah : 1.416,99 km2

Penduduk : 119.104 Jiwa (24.331 kk)

Mata Pencaharian : 18.954 kk Petani


1. Sektor Pertanian

Di bidang pertanian, misalnya, Nagekeo menyimpan potensi luar biasa. Dari luas wilayah Nagekeo 1.416,99 km2, terdapat 69.581,4 ha lahan pertanian yang terindikasi berpotensi. Namun lahan yang fungsional hanya seluas 30.720,99 ha atau seluas 38.860,41 ha lahan masih berupa lahan tidur. Khusus di Mbay sendiri, dari 50.325 ha luas wilayah, terdapat 8.664,26 ha lahan yang berpotensi, sementara 8.126,8 ha lahan yang fungsional. Lahan sawah di Mbay yang berpotensi sebanyak 4.272,67 ha, yang fungsional 3.735,21 ha. Sementara lahan kering di Mbay seluas 4.391,59 ha semuanya sudah difungsikan.

2.Sektor Perikanan

Nagekeo memiliki potensi laut yang cukup menjanjikan. Potensi nener (bandeng) dan udang di perairan Marapokot amat besar. Dulu, pada era 1980-an, dari perairan Marapokot bisa menghasilkan 50 juta nener per tahun. Sebagian besar dikirim ke tambak-tambak bandeng di Jawa Timur. Sampai saat ini belum digarap secara serius penangkapan ikan dan budidaya rumput laut.

3.Sektor Peternakan

Di sektor peternakan, Nagekeo kaya akan kambing/domba, khususnya di Kecamatan Aesesa yang dikirim hingga ke Sulawesi Selatan. Selain itu, ada juga ternak kerbau, sapi, babi dan unggas.

4.Sektor Pertambangan

Nagekeo cukup kaya dengan beberapa bahan galian seperti galian konstruksi, galian industri dan galian logam mulia. Hasil penelitian LPPM-ITB menyatakan, potensi bahan galian, antara lain bahan galian golongan C (BGGC), diantaranya bahan galian konstruksi (sirtu), bahan galian industri (tanah liat, marmer, granodiarit dan zeolit) serta bahan galian logam (emas, perak, tembaga, biji besi dan mangan).

Bahan galian konstruksi, yakni sirtu ada di Kecamatan Aesesa, yang terindikasi sebanyak 2.783.483 m3. Sirtu di Kecamatan Boawae berada pada lahan seluas 383 ha dengan jumlah hipotik 191.908.817 m3. Sementara untuk bahan galian industri yakni tanah liat juga terdapat di Danga (Aesesa) yang penyebarannya pada 753 ha dengan ketebalan 2 M yang terdata secara hipotik 15.078.786 M3.

Sementara itu di Desa Nggolonio terdapat Granodiorit pada 679 ha dengan data hipotik sebesar 339.000.000 M3. Sementara Zeolit terdapat di Marapokot (Aesesa) dengan luas penyebaran 9,6 ha dengan indikasi 1.387.598 m3. Di Nagaroro zeolit tersebar di pinggri jalan Bajawa hingga Ende seluas 313 ha yang terdata secara hipotik sebanyak 265.334.055 m3.


5.Sektor Kerajinan

Kerajinan Tenun : Mbay, Tonggo dan Maundai (senda woi dan pete)

Kerajinan Anyaman : Keo Tengah, Nangaroro (Lontar dan pandan)